Senin, 04 Juni 2012

Tahap Pra ProduksiDesain Produksi AUDIO VISUAL

B.Tahap Pra ProduksiDesain Produksi
Pada tahap desain produksi ditentukan tujuan produksi, penentuan target-target, penyusunankru, skeduling proyek, dan sebagainya. Tidak ada rumusan yang benar-benar baku pada tahapdesain produksi ini, dan fleksibel tergantung skala proyek produksi. Pada dasarnya, desain produksiialah tahap pendefinisian proyek sedemikian rupa dalam segala aspeknya sehingga kelak pada akhir proyek dapat menjadi rujukan, apakah proyek produksi yang telah dijalankan telah memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.

Tujuan Produksi
Misalnya, rencana produksi “profil video perusahaan ABCD” dirumuskan tujuan produksinyauntuk memberikan sekilas pandang perusahaan tersebut dimana produk yang kelak dihasilkan akandibagikan kepada para klien perusahaan serta para prospek klien. Tujuan produksi ini dapat puladijabarkan secara lebih detil menurut prinsip tujuan komunikasi, dimana di dalam komunikasisetidaknya ada 5 aspek yang harus diperhatikan, yaitu komunikator, komunikan (audiens), materikomunikasi (pesan yang hendak disampaikan), media komunikasi, dan cara penyaluran pesan.Tujuan produksi dapat pula secara spesifik menyebut tujuan-tujuan tertentu, misalnya : tujuanmengikuti festival film Indie, tujuan komersial, tujuan presentasi, dsb. Bahkan untuk sebuah tujuaneksperimental pun, sebaiknya dilakukan perumusan agar perumusan tujuan produksi ini kelak dapatdipakai sebagai rujukan saat menulis jurnal/evaluasi kegiatan.

Penentuan Target-target
Ini masih berkaitan erat dengan perumusan tujuan di atas, tapi dengan memakai indikator yang lebih terukur. Misalnya, target keberhasilan penyampaian pesan, target pencapaian finansial,target pencapaian kualitas gambar, target jumlah audiens, dsb.

Penyusunan Kru
Berbeda dengan produksi film komersial (apalagi film Hollywood) yang dikerjakan olehbanyak kru dengan tugas dan keahlian masing-masing, suatu home video dapat dikerjakan olehsuatu tim kecil dengan tugas serba rangkap. Sejumlah aspek pekerjaan penting ialah produser,penulisan skenario, penyutradaraan, kameramen, pencahayaan, make up & wardrobe, penataartisitik dan editing. Tidak masalah dengan keterbatasan sumberdaya manusia yang dapat terkumpuldi dalam kru produksi, yang lebih penting ialah adanya kejelasan soal pembagian tugas dan deskripsi job masing-masing. Misalnya dapat berbentuk tim kecil beranggotakan 3 orang, dimana seorangberperan rangkap sebagai produser/penulis skenario/penyutradaraan, seorang sebagaikameramen/editor, dan seorang sebagai lighting man/penata artistik. Penjelasan lebih lengkaptentang susunan kru yang lebih ideal, klik disini.

Skeduling Proyek
Skeduling proyek memegan peranan yang amat penting dalam pencapaian efektivitas danefisiensi produksi, terutama kegiatan produksi (shooting video) dimana terlibat banyak sumberdaya manusia, pemain dan peralatan shooting video yang digunakan. Idealnya, suatu pengambilangambar telah direncanakan dan dijadwalkan pada tenggang waktu yang cukup sebelumnya sehinggasemua pihak yang terlibat dalam shooting video tersebut dapat mempersiapkan diri dengan baikuntuk menunaikan peran/tugasnya masing-masing, yang melibatkan kesiapan mental, fikiran danperalatan. Skeduling proyek juga amat berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam produksi videountuk mengukur sejauh mana kemajuan suatu proyek pada saat-saat tertentu, agar dapat melakukanevaluasi proyek berjalan.
Pembuatan Skenario
Pembuatan skenario, meskipun lazimnya dilakukan dalam proses produksi film komersial,namun dapat diadaptasi untuk proses pembuatan produk audio-visual lainnya dengan penyesuaianseperlunya. Hal ini dimungkinkan karena film dibuat untuk menyampaikan pesan komunikasi secaravisual, sebagaimana di sini kita akan membuat sejumlah produk video juga sebagai media untukmenyampaikan pesan komunikasi. Prinsip-prinsip umum di bawah ini kelak akan dibahas lagi secarasingkat cara penerapannya dalam konteks produksi masing-masing produk video di bagian ragamproduksi.

Empat aspek dalam penulisan skenario :
Konsep cerita, dirumuskan dalam sebuah kalimat tunggal yang menjelaskan tokoh utama dalamfilm dan apa yang ingin diperbuat atau diperjuangkannya
Karakterisasi (perwatakan), yaitu tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Setiap tokoh dijelaskan karakter dasarnya dengan penekanan penjelasan pada tokoh-tokoh utama. Perbedaan karakter ini akan memainkan peranan penting yang melatarbelakangi bagaimana setiap tokoh bersikapdan bertindak tentang suatu isu/masalah. Seperti kita ketahui, sekelompok manusia dapat bersikap dan melakukan tindakan yang sama meski masing-masing memiliki pikiran/motivasiyang berbeda. Sebaliknya, sekelompok manusia dapat bersikap dan melakukan tindakan yangberbeda meski memiliki kesamaan pikiran/motivasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwakombinasi karakter dan isu yang unik dapat melahirkan cerita yang menarik.
Alur cerita; rangkaian kejadian dan hubungannya dengan karakter. Bagaimana kejadian demi kejadian dirangkai menjadi suatu cerita akan amat menentukan keberhasilan terjalinnya ceritayang menarik. Contoh : sebuah film yang diawali adegan pembunuhan sadis oleh seseorangterhadap korbannya yang “tak bersalah” akan menimbulkan rasa penasaran pemirsa, ketimbang jika lebih dulu ditampilkan gambar kejadian yang menyajikan fakta bahwa pada masa kecilnya sipembunuh tersebut seringkali mendapat penyiksaan dari orangtuanya sehingga ia menderitakelainan jiwa. Untuk memancing proses kreatif dalam menyusun alur cerita, dapat diajukanpertanyaan-pertanyaan berikut : “bagaimana jika hal buruk ini terjadi, yaitu hal yang merintangiusaha tokoh utama mencapai tujuannya? bagaimana pula jika terjadi hal lain lagi?” Kejadian demi kejadian ini juga harus dapat membangun emosi pemirsa, misalnya karena secarabergantian adegan-adegan kejadiannya mengandung ketegangan, tawa dan airmata.
Perancangan adegan per adegan; rangkaian rencana pengambilan gambar yang meliputi dialog,akting, set properti, setting lokasi, dsb. Dapat dengan mudah dibayangkan tentang suatu ceritayang memiliki konsep cerita, karakterisasi dan alur cerita yang menarik, tapi lantas berakhir menjadi film yang buruk karena kelemahan dialog, akting, setting lokasi dan properti? Penulis skenario yang berpengalaman pun belum tentu dapat menulis skenario “sekali jadi”.Yang lazim terjadi ialah dibuatnya “draft skenario” untuk kemudian dipelajari lagi demi mendapatkanide-ide pelengkap untuk finishing pembuatan skenario tersebut. Bahkan bagi skenario yang sudah jadi pun, terjadinya revisi skenario merupakan hal yang lumrah terjadi. Sejumlah pertanyaan berikutini harus dipertimbangkan saat menulis skenario, baik tahap awal maupun tahap lanjutan :Siapakah yang punya cerita ini? Tokoh utama dengan isu pokoknya harus jelas, jangansampai tokoh pendukung memiliki karakterisasi lebih kuat dengan isu yang lebih menarik .Dari sudut pandang cerita siapa film akan dibuat, apakah dari tokoh utama, atau pihak ke-2(orang yang diajak berdialog langsung oleh tokoh utama), atau dari pihak ke-3 yang mengamati tokohutama dari luar.Di mana bagusnya adegan akan berawal, dimana pula akan berakhir?Apa poin-poin dari tiap adegan yang dirancang, akan mengarah ke mana?Apa informasi terpenting yang diperlukan pemirsa dari suatu adegan tertentu?Apakah adegan tertentu benar-benar berkaitan dengan cerita, dan menggerakkan ceritamenuju akhir? Jika tidak, adegan ini berpotensi “melambatkan cerita” dan menimbulkan kebosanankepada pemirsa.Selalu mengingat bahwa adegan ialah bahasa gambar. Idealnya, gambar murni yang tanpadialog sudah bisa menyampaikan pesan komunikasi yang hendak disampaikan.Selalu mengingat untuk “mengolah gambar”, “merancang konflik”, dan “membaur emosi”Bagaimana membuat keterkaitan yang menarik antar satu adegan dengan adegan lainnya?Apakah terjadi perulangan adegan? Adegan yang benar-benar sama tentu saja hampir mustahil terjadi. Yang dimaksudkan disini ialah terjadinya sejumlah adegan yang sebenarnyamengandung pesan komunikasi yang mirip/sama. Saat pemirsa melihat suatu adegan lalu berhasilmenangkap pesannya, lalu kepadanya disuguhkan adegan lain yang baginya punya pesan yangsama dengan adegan sebelumnya. Tentu saja ia akan menjadi bosan.Apakah adegan datar (minim konflik, minim emosi, minim informasi)? Jika ya, bagaimanacaranya agar timbul suatu yang dramatis atau luarbiasa terjadi, bahkan dari “hal-hal yang sepele ataubiasa?”Apakah pemirsa akan tertarik dengan semua rangkaian gambar ini?Sumber Potensi Kreatif bagi Penulisan SkenarioSalahsatu wujud kreativitas ialah kemampuan memilih antara mana yang perlu dan manayang tidak perlu dirangkai dalam suatu cerita.
Penggalian fakta terhadap setting cerita dan karakter yang akan di-skenariokan. Misalnya,penulisan skenario film “Slumdong Millionaire” tentu mustahil dilakukan jika tidak melakukan risetterhadap bentuk kehidupan miskin di India.Penggalian pemahaman dan pengetahuan yang telah ada. Penulis skenario sebelumnyatelah memiliki nilai-nilai dan pemahaman tertentu atas isu tertentu hasil dari kehidupannya selama ini.Hal ini dapat digali untuk mendapatkan hal-hal menarik (mungkin ironi) dibandingkan dengan faktayang telah digali.Penggalian imajinasi. Bagaimana suatu masalah dapat timbul dan terselesaikan daribenturan nilai-nilai dan kepentingan yang sudah ada atau potensial terjadi.

Format Skenario
Perancangan skenario sendiri lebih berupa “aspek mental yang abstrak” dari seorang penulisskenario yang dapat dituangkan ke dalam berbagai bentuk (tulisan) sesuai keperluannya. Padaproduksi sebuah film, skenario dituangkan dalam format standar tertentu yang dimaksudkan agar kruproduksi yang terlibat mengetahui perannya masing-masing saat pengambilan gambar. Namun untuksebuah produk skala kecil dengan tim kecil, skenario dapat diadaptasi menjadi rumusan bersamayang sederhana, asal dapat dimengerti dan menjadi acuan kerja kru produksi (misalnya kameramen,sutradara, lighting man).
Storyboard 
ialah rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menjelaskan bahasa tulisanskenario ke dalam bahasa visual. Adegan demi adegan cerita yang sebelumnya telah dirumuskandalam skenario diterjemahkan menjadi gambar oleh sutradara dengan bantuan kameramen danstoryboard artist, sedemikian rupa sehingga dalam potongan-potongan gambar ilustrasi yangdihasilkan terhimpun informasi tentang para pelaku adegan, adegan yang dilakukan, lokasi danproperti, sudut pengambilan gambar, dan sebagainya. Pada kenyataan dalam praktek, keberadaanstoryboard merupakan “barang mewah”, yaitu meskipun memang dirasakan manfaat besarnya,namun kesulitan pengerjaannya membuat suatu tim produksi sering mengabaikannya denganmelewati proses ini, dan menyerahkan pelaksanaan shooting video kepada kemampuan langsung dilapangan. Salahsatu kendala yang sering dihadapi ialah tidak tersedianya tenaga ilustrator gambar.

Layout 
ialah bentuk lanjutan dan terakhir dari kegiatan pra produksi. Di sini, gambar-gambar storyboard dirangkai dalam suatu kegiatan editing video, sesuai skenario (di-scan sebelumnya),bagaikan hasil shooting video yang sudah selesai diambil. Elemen-elemen lain ditambahkanseperlunya sekedar untuk mencari gambaran awal dari “produk yang telah selesai”, misalnya dubbingnarasi dan musik ilustrasi. Hasil akhir layout ini dapat berupa file video yang dapat disaksikanbersama oleh kru produksi dan klien, jika ada. Layout ini amat bermanfaat, antara lain :Kru produksi (maupun klien) mendapat gambaran yang lebih jelas tentang produk yang akandihasilkan. Banyak orang yang daya imajinasinya tak cukup tinggi untuk bisa membayangkan hasil akhir sebuah produk dari sebuah skenario, yang mengerti tentang rencana produksi dengan adanyalayout ini.“Pace” dari video dapat terasa. Idealnya, video menyampaikan pesan/informasi yangberkembang setiap saat dengan kecepatan yang tepat. Video yang “terlalu cepat” akanmembingungkan pemirsa, sedangkan yang terlalu lambat akan membuat pemirsa bosan dan bahkantertidur. Jika disadari pace yang kurang sesuai, akan menjadi catatan dalam kegiatan editing videokelak, untuk memanjangkan atau menyingkat adegan-adegan tertentu dalam rangka perbaikan paceini.Peran ilustrasi musik terhadap pembentukan mood video dapat terasa, dan editor dapat ber-eksperimen dengan backsong yang akan digunakan kelak. Secara teknis, pembuatan layout ini jugaamat membantu editor kelak saat berkegiatan editing video. Karena potongan gambar ilustrasitersebut sudah diatur tempat dan durasinya sedemikian rupa sehingga kelak hanya tinggal digantidengan hasil shooting video. Secara mental, kru produksi akan merasa bahwa “video sudah hampir selesai”, dan tinggal mengisi potongan-potongan gambar ilustrasi tersebut dengan hasil shootingvideo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar